PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK MELALUI AKTIVITAS BERMAIN DALAMPENDIDIKAN JASMANI
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempengaruhi peserta didik agar mampu
mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya agar mampu berkembang menjadi manusia
yang seutuhnya. Manusia utuh ditandai dengan berkembangnya domain pendidikan yaitu
kognitif, afektif, fisik, maupun psikomotorik ke arah positif.
Karakter anak merupakan hasil dari suatu pendidikan secara umum baik informal yang
berlangsung di keluarga dengan bentuk pembiasaan hal-hal yang baik, etika, dan budaya,
pendidikan nonformal yang berlangsung di masyarakat dengan bentuk pelatihan-pelatihan,
kursus, kerja social, maupun pendidikan formal yang berlangsung di sekolah-sekolah.
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan formal yang berlangsung di sekolahsekolah
dari pendidikan dasar sampai dengan menengah. Pendidikan jasmani diartikan
pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
Aktivitas jasmani dapat berupa olah raga atau non olah raga diantaranya bermain. Melalui
aktivitas bermain akan meragsang potensi- potensi yang dimiliki anak untuk berkembang kearah
yang lebih baik terutama yang dikemas dalam pendidikan jasmani. Melalui aktivitas bermain
yang dikelola secara baik akan memacu perkembangan fisik, social dan psikis anak, sehingga
aktivitas bermain bagi anak mempunyai funsi untuk mengembangkan aspek fisik, sosal, dan
psikis secara proposional.
Aktivitas bermain oleh anak dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja sehingga
pengembangan potensi anak pun akan berlangsung bersamaan dengan aktivitas bermain tersebut.
Keadaan semacam ini dapat dikatakan bahwa bermain merupakan pendidikan praktis. Hal ini
berlangsung terus menerus dalam kurun waktu yang relative lama sehingga terbentuk suatu
tingkah laku yang menetap dan diakui oleh orang lain sebagai karakter pribadi seseorang.
Kata kunci: karakter, bermain, dan pendidikan jasmani
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempengaruhi peserta didik agar mampu
mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki agar mampu menjalani
hidup dengan sebaik-baiknya. Potensi yang ada dalam diri setiap peserta didik ada yang bersifat
positif maupun negative. Potensi mana yang akan berkembang tergantung dari stimulus atau
lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu diciptakanlah suatu lingkungan yang
memungkinkan untuk menstimulus potensi-potensi positif yang dimiliki peserta didik agar dapat
berkembang dan teraktualisasi dalam tingkah laku yang positif, baik dalam aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik dalam bentuk pendidikan. Hal ini sejalan dengan pengertian
pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untk kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa dan negara.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu usaha sadar untuk menciptakan lingkungan yang
mampu mempengaruhi potensi peserta didik agar berkembang ke arah tingkah laku yang positif
melalui aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani inilah bentuk rangsangan yang diciptakan untuk
mempengaruhi potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dalam pembelajaran pendidikan
jasmani di sekolah mulai dari jenjang pendidikan usia dini sampai pendidikan menengah.
Melalui aktivitas jasmani ini diharapkan tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif,
fisik, dan psikomotorik dapat terwujud. Bentuk aktivitas jasmani yang disajikan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani dapat berbentuk olahraga maupun non olahraga. Olahraga
seperti atletik, senam, permainan, beladiri, dan akuatik, sedang non olahraga dalam bentuk
bermain, modifikasi cabang olahraga, dan aktivitas jasmani lainnya. Secara lengkap ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di sekolah (BSNP.
2006:177) meliputi: permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas
ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan kesehatan. Bermain merupakan bagian dari ruang
lingkup pendidikan jasmani yang dapat digunakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Bermain mampu membawa anak ke arah perubahan yang positif baik dalam aspek fisik, psikis,
maupun sosial.
Fungsi bermain dalam pendidikan jasmani adalah mengembangkan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik peserta didik secara nyata yaitu terwujudnya peserta didik yang
berkarakter, hal ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai.
PEMBAHASAN
Hakikat Karakter
Karakater merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari
yang mempunyai kecenderungan kearah positif maupun negatif. Dalam pendidikan tentu saja
karakter positif yang ingin ditanamkan dalam diri para peserta didik. Peserta didik yang
berkarakter inilah yang selalu diharapakan oleh semua pihak. Menurut pandangan Suharjana
dalam Darmiyati Zuchdi (2011:28) yang dimaksud karakter adalah sebuah cara berfikir,
bersikap, dan bertindak yang menjadi ciri khas seseorang yang menjadi kebiasaan yang
ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedang Suyata dalam Darmiyati Zuchdi (2011:15)
menyatakan bahwa karakter diartikan sebagai tersusun atas ciri-ciri yang akan memandu
seseorang melakukan hal-hal yang benar atau tidak mengerjakan hal-hal yang tidak benar.
Sedang orang yang memiliki karakter baik menurut Effendie Tanumiharja dalam Darmiyati
Zuchdi (2011:507) adalah orang yang mampu mengendalikan diri, memiliki antusiasme,
fleksibel, rasa humor, memiliki integritas tinggi, selalu merasa bersyukur, berhati tabah, bekerja
keras, memiliki cinta kasih tanpa diskriminasi, rendah hati, bijaksana, dan adil.
Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya
yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal kognitif, afektif , dan psikomotor melalui
aktivitas jasmani. Melalui aktivitas jasmani anak akan memperoleh berbagai macam
pengalaman yang berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi, perhatian, kerjasama,
keterampilan, dsb. Aktivitas jasmani untuk pendidikan jasmani ini dapat melalui olahraga atau
non olahraga. Pengertian pendidikan jasmani telah banyak diterangkan oleh para ahli pendidikan
jasmani diantaranya adalah :
Williams menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah semua aktivitas manusia yang
dipilih jenisnya dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dcapai. Singer memberi
batasan mengenai pendidikan jasmani sebagai pendidikan melalui jasmani berbentuk suatu
program aktivitas jasmani yang medianya gerak tubuh dirancang untuk menghasilkan beragam
pengalaman dan tujuan antara lain belajar, sosial, intelektual, keindahan dan kesehatan. Bucher
menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari seluruh proses
pendididkan yang bertujuan mengembangkan fisik, mental, emosi, dan sosial, melalui aktivitas
jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya. Frost menyatakan bawa pendidikn jasmani
terdiri dari perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan
mempelajari gerak. SK Mendikbud nomor 413/U/1987 menyebutkan bahwa pendidikan jasmani
adalah bagian yang integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk
meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional. Rusli Lutan
menyatakan bahwa pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai proses sosialisasi melalui
aktivitas jasmani, bermain, dan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui
aktivitas jasmani ini peserta didik memperoleh beragam pengalaman kehidupan yang nyata
sehingga benar- benar membawa anak kearah sikap dan tindakan yang baik.
Tujuan Pendidikan Jasmani
Berdasarkan pemahaman mengenai hakikat pendidikan jasmani maka tujuan pendidikan
jasmani sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya, karena pendidikan jasmani merupakan
bagian yang integral dari pendidikan pada umumnya melalui aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani
yang meliputi berbagai aktivitas jasmani dan olahraga hanya sebagai alat atau sarana untuk
mencapai tujuan pendididkan pada umumnya. Secara rinci tujuan pendidikan terdapat dalam UU
No. 20 Th. 2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif. Mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Hakikat Bermain
Batasan mengenai bermain sangat luas dan sulit untuk menemukan pengertian bermain
secara nyata dan tepat dalam arti satu batasan dapat mencakup seluruh pengertian bermain.
Sehingga perlu melihat beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai batasan bermain
walaupun belum satu bahasa tetapi dapat sebagai acuan untuk memberi pengertian bermain
dalam pendidikan jasmani pada khususnya. Adapun pendapat para ahli mengenai pengertian
bermain adalah sebagai berikut: James Sully dalam Tedjasaputra (2001) menyatakan bahwa
tertawa adalah tanda dari kegiatan bermain dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang
dilakukan bersama sekelompok teman, yang penting dan perlu ada di dalam kegiatan bermain
adalah rasa senang yang ditandai oleh tertawa. Soemitro (1991) menyatakan bahwa bermain
adalah belajar menyesuikan diri dengan keadaan. Sehingga Sukintaka (1998) menyatakan
bermain adalah aktivitas jasmani yang dilakukan dengan sukarela dan bersungguh-sungguh
untuk memperoleh rasa senang dari melakukan aktivitas tersebut.
Hurlock (1978:320) menyatakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
dilakukan secara sukarela dan dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Sedang Piaget dalam Hurlock (1978) menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.
Sedang Drijarkara dalam Sukintaka (1998) menyatakan bahwa bermain adalah gejala
manusia yang merupakan aktivitas dinamika manusia yang dibudayakan. Selanjutnya Drijarkara
menyatakan bahwa dalam bermain bukan hanya merupakan aktivitas jasmani saja tetapi juga
menyangkut fantasi, logika, dan bahasa. Sehingga dalam bermain dibutuhkan keterpaduan antara
fisik dalam hal ini aktivitas jasmani dan psikis yaitu logika, persepsi, asumsi, emosi, keberanian,
kecerdasan dan lain-lain. Menurut Drijarkara dalam bermain harus ada dua watak yaitu eros dan
agon. Eros dalam arti bahwa bermain hendaknya didasari rasa senang/cinta terhadap komponen
yang ada dalam bermain itu sendiri seperti teman bermain, sarana dan prasarana bermain, waktu
bermain, situasi bermain dan sebagainya. Sedang agon berarti perjuangan untuk mengalahkan
segala tantangan/kesulitan/hambatan atau permasalahan dalam bermain.
Fungsi Bermain dalam Pendidikan Jasmani
Bermain mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia yang dapat dilihat dari
aspek psikis, fisik, dan sosial. Beberapa komponen aspek psikis akan berkembang melalui
bermain antara lain dalam hal kecerdasan, motivasi, emosi, mental, percaya diri, minat ,
kemauan, kecemasan, agresivitas, perhatian, konsentrasi, dan sebagainya. Misalkan faktor
kecerdasan berkembang melalui bermain disebabkan bahwa melalui bermain anak akan
menghadapi berbagai masalah yang timbul dalam permainan tersebut dan harus
diselesaikan/diputuskan pada saat itu juga dengan cepat dan tepat, atau faktor motivasi melalui
bermain anak akan menampilkan apa saja yang mereka punyai dengan sungguh-sungguh dan
penuh semangat karena dalam bermain itu suasananya menggembirakan dan menyenangkan
sehingga bebas beraktivitas dengan penuh semangat sesuai dengan kemampuannya. Melalui
bermain anak akan akan terbiasa dengan tekanan-tekanan baik dari dirinya sendiri maupun dari
luar sehingga akan mampu mengelola emosi, kecemasan dan rasa percaya diri dengan baik.
Melalui bermain anak akan mampu mengembangkan, mempertahankan, dan mengendalikan
aspek-aspek psikis tersebut.
Aspek fisik pun juga akan berkembang dengan baik melalui aktivitas bermain ini
meliputi pertumbuhan dan perkembangan jasmani, kebugaran jasmani, kesehatan jasmani,
kemampuan gerak dasar, unsur-unsur fisik yang ada. Faktor pertumbuhan dan perkembangan
fisik anak pun akan berkembang melaui aktivitas bermain. Pertumbuhan fisik berkenaan dengan
bertambahnya ukuran tubuh secara nyata yang dapat diukur secara pasti, misalnya bertambahnya
tinggi badan, berat badan, dan besar atau bertambah secara kuantitatatif. Sedang perkembangan
fisik adalah semakin berkualitasnya kemampuan tubuh atau sekelompok otot dalam
beraktivitas/gerak. Misalnya kemampuan melempar bola kecil semakin jauh dari hasil sebelum
melakukan aktivitas bermain walaupun jumlah serabut otot-ototnya relatif sama. Melalui
bermain juga memberi kesempatan pada anak untuk melatih kemampuan gerak dasar seperti
gerak lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Kemampuan gerak dasar ini semakin baik dan
berkualitas. Melalui aktivitas bermain maka kemampuan fisik anak akan berkembang secara
optimal.
Aspek sosial pun juga akan berkembang dengan baik melalui aktivitas bermain ini antara
dalam hal kerja sama, komunikasi, saling percaya, menghormati, bermasyrakat, tenggang rasa,
kebersamaan dan sebagainya. Melaui bermain anak mampu memciptakan suatu bentuk
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dalam kerjasama dipastikan ada komunikasi antar
anggota regu, dan dalam kerjasama juga ada rasa saling percaya dan saling menghormati antar
anggota untuk meraih tujuan bersama yang diinginkan.
Hal tersebut sependapat dengan Cowel dan Hazelton dalam Sukintaka (1998:9) yang
menyatakan bahwa melalui bermain akan terjadi perubahan yang positif dalam hal
jasmani,sosial, mental, dan moral. Perubahan yang positif dalam hal jasmani meliputi
pertumbuhan dan perkembangan jasmani yaitu terjadinya arah pertumbuhan dan perkembangan
jasmani yang baik/proposional, kebugaran jasmani yaitu terjadinya kemampuan anak dalam hal
meningkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmaninya, sehat jasmani dalam arti melalui
bermain anak beraktivitas jasmani yang merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan hidup anak
yaitu gerak yang berakibat sehat secara fisik bagi anak, selanjutnya melalui bermain juga
memberikan perubahan secara fisik dalam hal peningkatan kemampuan unsur-unsur fisik seperti
kecepatan, kekuatan, daya ledak, kelentukan, keseimbangan, kelincahan, daya tahan, ketepatan
dan koordinasi. Selanjutnya melalui bermain juga membawa perubahan positif dalam hal fisik
terutama kemampuan gerak dasar anak yang meliputi gerak lokomotor, non lokomotor, dan
manipulatif.
Perubahan positif dalam ranah sosial melalui aktivitas bermain yaitu terjadinya kesadaran
akan bekerjasama, rasa saling mempercayai, saling menghormati, saling tenggang rasa, rasa
solider, saling menolong antar anggota untuk berusaha bersama mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Melalui aktivitas bermain anak juga belajar menaati suatu peraturan, disiplin, dan
tanggungjawab sehingga anak mampu bermasyarakat secara baik
Perubahan positif dalam mental terjadi melalui aktivitas bermain terutama dalam hal
pengembangan rasa percaya diri. Melalui bermain anak terlatih dan terbiasa dengan menghadapi
berbagai tantangan baik dai dalam dirinya seperti rasa takut, cemas, keberanian, minat, motivasi,
rasa lelah, malas atau dari luar dirinya seperti lawan/teman bermain dalam hal teknik, taktik,
fisik maupun psikis, penonton, situasi atau keadaan arena permainan yang bervariatif sehingga
anak-anak mampu menyesuaikan diri yang berdampak kepada rasa percaya diri yang tinggi.
Perubahan secara positif pada faktor moral yaitu bahwa melalui aktivitas bermain anakanak
dituntut untuk selalu bertindak jujur, disiplin, adil, tidak curang, tanggung jawab, fair play,
menghargai teman atau lawan main, yang semuanya mengarah kepada perbuatan atau tingkah
laku yang baik, sehingga dengan kebiasaan semacam itu dapat diduga anak-anak akan
mengalami perubahan tingkah laku yang mengarah kepada perbuatan yang baik berarti anak
mengalami perubahan moral secara positif.
Selanjutnya Hurlock (1978:323) menyatakan mengenai pengaruh bermain lam dunia
anak bahwa bermain mempunyai pengaruh dalam perkembangan anak, pengaruh tersebut antara
lain: dorongan berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, sumber
belajar, perkembangan wawasan diri, belajar bermasyarakat, standard moral.
Dorongan Berkomunikasi
Melalui aktivitas bermain mendorong anak untuk belajar membangun komunikasi antara
anak agar terjadi suatu bentuk aktivitas yang mengalir dan menyenangkan dalam permainan
tersebut. Komunikasi dalam bermain adalah terjadinya persamaan pendapat mengenai suatu
objek atau makna dalam permainan tersebut. Bentuk komunikasi dalam bermain dapat
komunikasi lisan, tertulis maupun isyarat. Melelui bermain mempermudah anak untuk
berkomunikasi antar mereka hal ini terjadi karena adanya dorongan yang kuat untuk memahami
konsep bersama atau individu-individu. Sebagai contoh anak-anak dari berbagai sudut daerah
berkumpul di tempat mungkin di rumah kakeknya atau taman bermain, anak-anak tersebut hanya
mengetahui bahasa ibu masing-masing tetapi melalui bermain kelereng atau jenis lainnya mereka
mampu memahami peraturan bermain melalui komunikasi yang mereka bangun. Hal ini
menunjukkan bahwa melalui bermain anak belajar kmunikasi yang pada akhirnya mampu
berkomunikasi melalui aktivitas bermain tersebut.
Penyaluran bagi Energi Emosional yang Terpendam
Bermain merupakan media penyaluran ketegangan-ketegangan ataupun energi potensial
yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku hidup mereka. Melalui bermain
energi yang tersimpan atau emosi anak akan dapat dikeluarkan dengan lancer tanpa mengalami
hambatan apapun, anak dalam bermain akan mengeluarkan apa saja yang menjadi
tekanan/hambatan dengan bebas seperi berteriak keras-keras di lapangan, menendang bola sekuat
tenaga, atau memukul bola dengan sekeras-kerasnya, sehingga memudahkan untuk membuat
keseimbangan psikis yangs dapat mengembalikan berperilaku anak normal kembali. Selain itu
melalui aktivitas bermain tersebut membawa anak mampu untuk melatih dan mengelola emosi
yang pasti timbul dalam kegiatan bermain.
Sumber Belajar
Bermain memberi kesempatan secara luas pada anak untuk mempelajari berbagai bidang
yang tidak diperoleh melalui belajar di sekolah, keluarga dan masyarakat. Melaui bermain anak
akan memperoleh pengalaman langsung dari berbagai bidang dalam hal kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Pengalaman langsung dalam domain kognitif melalui bermain tebak-menebak,
teka-teki, video games/play station, ular tangga, permainan dengan menggunakan peraturan
sederhana maupun baku. Melalui bermain tersebut anak akan bertambah pengetahuan dan
pemahaman suatu objek serta pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dalam arti kecerdasan
praktis. Pengalaman langsung pada domain afektif dalam aktivitas bermain yaitu pada saat anakanak
mampu menaati/melaksanakan peraturan yang mereka sepakati atau peraturan permainan
yang baku dengan sukarela, jujur dalam bertindak, fair play, mampu bekerja sama, dan
berperilaku baik. Sedang pengalaman langsung dalam domain psikomotor adalah pada saat anananak
aktif melakukan kegiatan dalam permainan tersebut seperti berlari, melempar , menangkap,
menendang, memukul, berguling, melompat, meloncat, merayap, memutar, menyelam,
mengapung, berenang, bergoyang, mendorong, menarik, bertepuk tangan, dan sebagainya
dengan berbagai variasi geraknya.
Perkembangan Wawasan Diri
Bermain merupakan cermin dalam kehidupan anak-anak. Melalui bermain anak mampu melihat
dirinya sendiri karena ada tolok ukur atau pembanding yaitu teman atau lawan bermainnya, sehingga
mereka mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang seperti fisik, psikis, dan sosial.
Melalui bermain anak-anak mengetahui tingkat kemampuannya. Misalnya si A lebih cepat dalam berlari
dari pada si B, atau si C lebih pandai dari pada si B, dan si B lebih kuat dari pada si A, dan sebagainya.
Hal ini memungkinkan anak-anak tersebut untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan
nyata.
Belajar Bermasyarakat
Bermain juga dapat diartikan pusat kegiatan “masyarakat” bagi anak-anak. Dalam
kehidupan bermsyarakat dipastikan ada komunikasi, hubungan sosial, nilai kerjasama, saling
menolong, ada aturan yang harus ditaati, ada tujuan bersama yang ingin dicapai, saling
menghormati, saling percaya, ada rasa senang, cinta, kebersamaan, kerukunan, dan kedamaian.
Melalui aktivitas bermain anak akan belajar bermasyarakat dengan cara berkomunikasi dengan
orang lain, belajar menghormati, mempercayai, belajar menaati aturan, kebersamaan dan
kerjasama. Jika anak-anak sudah terbiasa dengan menaati aturan, kerjasama, saling menolong
dan berkomunikasi dengan orang lain dalam setiap kesempatan bermain maka dapat diduga
kebiasaan ini akan dibawa dalam kehidupan yang akan datang sehingga hidup bermsyarakat
yang sesungguhnya dapat terwujud.
Standard Moral
Bermain juga dapat sebagai standard moral yang berarti melalui bermain dapat dilihat
baik buruknya sikap atau tingkah laku anak pada saat bermain. Dalam aktivitas bermain anakanak
bebas mengekspresikan segala kemampuan yang dimilikinya secara bebas dalam hal sikap,
tingkah laku maupun tutur kata, sehingga anak yang mempunyai kebiasan bertingkahlaku baik
atau buruk akan tampak dalam kegiatan bermain tersebut. Selain itu anak-anak pasti sudah
belajar di keluarga maupun di sekolah mengenai hal yang baik dan buruk serta penerapannya,
tetapi pelaksanaan standard moral paling teguh ada dalam aktivitas bermain.
Fungsi Bermain dalam Pendidikan
Sudah sejak lama bahwa bermain itu mempunyai fungsi yang penting dalam dunia
pendidikan secara umum. Bermain mampu membawa anak kearah perkembangan kepribadian
yang layak. Dengan bermain semua potensi yang dimilki anak akan berkembang dengan baik.
Semua anak mempunyai potensi yang dibawa sejak lahir, baik potensi ke arah positif atau
potensi ke arah negatif. Potensi yang ada ini akan berkembang atau tidak tergantung dari
lingkungan yang mempengaruhinya. Bermain sebagai salah satu lingkungan yang mampu
mempengaruhi dan mengembangkan potensi positif yang dimiliki oleh anak baik fisik, psikis,
maupun social. Termasuk pendidikan adalah lingkungan yang sengaja dibuat untuk
mempengaruhi atau menstimulus potensi yang ada dalam diri siswa agar berkembang dengan
baik. Oleh karena itu tidak berlebihan bahwa bermain itu bagian dari pendidikan, karena
bermain mampu mempengaruhi potensi yang dimiliki siswa secara positif. Hal ini sejalan dengan
Colloza (Sukintaka,1998:6) menyatakan bahwa bermain betul-betul bagian dari pendidikan.
Sedang Frobel dalam Sukintaka (1998) menyatakan bahwa bermain itu merupakan organ
kehidupan/unsur kehidupan dan selalu berperanan sebagai wahana pendidikan. Bermain
merupakan unsure kehidupan berarti setiap ada kehidupan ada kegiatan bermain yang selalu
menyertainya. Melalui bermain anak akan menemukan kepribadiannya. Frobel menekankan pada
permainan imaginatif, apapun bendanya boleh digunakan sebagai alat permainan apa saja
menurut imajinasi anak. Dalam hal ini anak benar-benar bebas berimajinasi sehingga mampu
mengembangkan potensi dirinya. Oleh sebab itu tidaklah berlebihan bahwa bermain dikatakan
sebagai saran pendidikan dalam arti pengembangan diri ke arah perilaku yang positif.
Sehubungan pendapat Frobel bahwa bermain bebas berimaginasi, lain halnya dengan Montessori
menyatkan bahwa bermain sebagai sarana untuk mempelajari fungsi, dalam hal ini bermain
harus mendorong anak untuk mempelajri sesuatu sesuai dengan fungsinya. Sebagai contoh anak
bermain dengan kursi maka hendak anak mampu memahami dan mengerti serta menerapkan
fungsi kursi tersebut. Tidak boleh kursi dimainkan sebagai becak atau mobil mogok.
Sedang Huizinga berpendapat bahwa bermain itu mempunyai makna pendidikan praktis
(Sukintaka,1998:7). Pendidikan formal dalam memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan
melalui suatu pembelajaran yang direncanakan dengan sistematis sesuai dengan kurikulum,
terikat waktu, tempat, dan guru. Sedang melalui bermain anak akan memperoleh peningkatan
pengetahuan, pengalaman, sikap dan keterampilan tanpa terikat oleh waktu, tempat, kurikulum,
atau guru
Dari pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain mempunyai fungsi
yang mulia yaitu mampu membawa anak ke arah pribadi yang baik yang ditunjukkan melalui
perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik sesuai dengan perubahan dalam
ranah pendidikan bahkan mampu membawa anak ke arah kesempurnaan hidup.
Hubungan antara Bermain dan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai
tujuan pendidikan secara menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aktivitas
jasmani merupakan gerak manusia yang dipilih oleh para pakar pendidikan jasmani untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut. Aktivitas jasmani dapat berbentuk olahraga atau non
olahraga. Bermain juga merupakan salah satu aktivitas jasmani yang dapat digunakan sebagai
sarana pendidikan jasmani, oleh karena itu tidak berlebihan bahwa bermain merupakan bagian
dari pendidikan jasmani. Dari sudut pandang ruang lingkupnya maka pendidikan jasmani lebih
luas dari pada bermain. Melalui bermain anak melakukan berbagai aktivitas jasmani untuk
mencapai tujuan pendidikan jasmabi, anak akan mengalami berbagai pengalaman langsung
dalam bermain dan membantu peningkatan berbagai aspek pendidikan seperti kecerdasan,
kreativitas, sikap positif, keterampilan, sportivitas, kejujuran, kegisiplinan dan masih banyak lagi
yang diperolehnya melalui bermain.
Dilihat dari tugas dan fungsinya antara pendidikan jasmani dan bermain, keduanya
memiliki tugas dan fungsi yang sama yaitu sama-sama meningkatkan kualitas hidup manusia.
Kualitas hidup ditandai dengan kepribadian baik yang dimiliki oleh anak-anak. Menurut
Sukintaka (1998:28) menyatakan bahwa kualitas manusia dapat dikelompokan ke dalam empat
aspek pribadi manusis yaitu: makluk Tuhan, makluk social, psikis, dan jasmani
Keempat aspek kepribadian ini akan berkembang dengan baik melalui bermain atau
pendidikan jasmani. Anak yang mampu mengembangkan aspek-aspek kepribadian itu dengan
baik maka dapat dipastikan mempunyai kualitas hidup yang baik pula yang berarti anak
mempunyai karakter yang baik pula.
Manusia hendaknya selalu menyadari dengan penuh keyakinannya bahwa dalam hidup
ini seluruh kegiatan yang terlaksana pasti ada campur tangan langsung dari Tuhan, tanpa
pertolonganNya segala sesuatu tidak mungkin dan akan terjadi dalam hidup sehari-hari.
Keyakinan seperti ini harus ditanamkan oleh guru pendidikan jasmani kepada seluruh anak didik
dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah. Keyakinan ini harus terus menerus
dihidupkan dalam pendidikan jasmani kepada para peserta didik agar mereka mampu
mengembangkan kesadaran dirinya akan kedudukannya sebagai makluk Tuhan. Selain itu
kesadaran sebagai makluk Tuhan, manusia dalam segala aktivitas hidup hendaknya dipandang
sebagai suatu ibadah. Ibadah dalam arti selain berdoa kepada Tuhan juga berbuat baik untuk
siapa saja tanpa membedakan status dan kedudukkannya atau ras dan kepercayaannya. Olahrga
dan aktivitas jasmani pun dipandang sebagai suatu ibadah dalam hidupnya karena mampu
membawa anak berkembang ke arah yang positif dalam aspek psikis, fisik, maupun sosial. Guru
pendidikan jasmani hendaknya mampu membawa anak didik ke arah kesadaran yang penuh
kepercayaan bahwa tanpa adanya campur tangan dan pertolongan Tuhan mereka tidak mampu
berbuat apa-apa dalam pembelajaran pendidikan jasmani maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Secara umum manusia mempunyai sifat azasi sebagai makluk individu sekaligus sosial.
Kedua sifat ini dapat dibedakan dalam sikap dan perilakunya namun tidak dapat dipisahkan
dalam diri pribadi manusia, seperti sekeping mata uang logam yang terdiri dari dua sisi berbeda
yang membentuk satu kesatuan nilai uang tersebut. Manusia seharusnya menyadari hal tersebut
untuk membangun kehidupan yang beradab, dalam segi pribadi manusia itu sendiri maupun
secara luas dalam arti bermasyarakat. Kehidupan bermasyarakat dibangun melalui perilaku sosial
yang dinyatakan dalam bentuk kerjasama, menghargai, mempercayai, menghormati, membantu
antar individu yang satu dengan individu lain. Hasil pembelajaran salah satunnya adalah aspek
sosial yaitu terwujudnya manusia yang mampu bekerjasama dengan orang lain, bersikap positif,
menghargai dan mempercayai, serta saling membantu orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya rasa saling (saling dalam arti positif seperti saling membantu, saling menghargai, saling
menghormati, saling mempercayai, saling membutuhkan, saling berkomunikasi dan lain
sebagainya) inilah yang mengantarkan manusia mampu hidup aman , tenteram, dan damai.
Peserta didik diharapkan mampu menyadari dan mempercayai secara nyata bahwa hidup ini akan
berarti jika berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu peserta didik
mempunyai anggapan dasar yang kuat bahwa hidup wajib membutuhkan bantuan orang lain.
Kemampuan sosial anak mengalami perkembangan dalam kehidupan atau sering disebut proses
sosialisasi. Pada awalnya anak mempunyai sifat asosial atau pra sosial yang selanjutnya tumbuh
dan berkembang menjadi makluk sosial selaras dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
serta lingkungan yang mendampinginya. Hal ini sejalan dengan pendapat Baldwin dalam
Sukintaka (1998:32) yang menyatakan bahwa perkembangan sosial dalam diri anak merupakan
proses sosialisasi dalam bentuk imitasi atau meniru, yang berlangsung melalui adaptasi dan
seleksi (penyesuaian dan pemilihan). Sedang Hurlock (1978:250) menyatakan bahwa proses
sosialisasi dalam perkembangan sosial anak melalui : belajar berperilaku yang dapat diterima
secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sikap sosial.
Aspek psikis manusia tidak dapat tampak secara nyata seperti pada aspek fisik, tetapi
dapat dilihat dari gejala yang tampak dalam fisiknya. Seperti raut wajah berseri-seri
menunjukkan gejala jiwa yang senang, riang gembira, puas, atau lega. Sebaliknya raut wajah
murung menunjukkan keadaan jiwa yang sedih atau jengkel. Gejala jiwa yang lain masih banyak
seperti kecerdasan, emosi, minat, perhatian, motivasi, empati, tanggapan, kecemasan, ketakutan,
keberanian, percaya diri, agresivitas, akal, penalaran dan sebagainya. Kemampuan psikis tersebut
dapat berkembang melalui kegiatan bermain dan pendidikan jasmani, sebab aspek psikis juga
merupakan salah satu tujuan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Melalui
aktivtas bermain, anak-anak akan memperoleh berbagai macam pengalaman secara psikis seperti
kemampuan kecedasan secara praktis yaitu memutuskan masalah secara tepat dan cepat, mampu
mengelola emosi dan rasa cemas atau takut karena faktor ini dapat menyebabkan kemampuan
berfikir dan gerak menjadi kacau atau susah dikontrol jika tidak dikelola dengan baik, mampu
menumbuhkan rasa percaya diri, atau menumbuhan semangat atau motivasi diri yang tinggi pula,
melatih perhatian, menumbuhkan minat belajar yang tinggi, dan sebagainya.
Aspek fisik merupakan bagian dari aspek kepribadian manusia yang harus dibina dan
ditingkatkan secara optimal. Aspek fisik baik akan menunjang kualitas hidup manusia pada
umumnya. Sasaran pendidikan jasmani dalam aspek fisik adalah membantu pertumbuhan dan
perkembangan fisik secara baik, membantu meningkatkan dan mempertahankan kebugaran
jasmani siswa, membantu meningkatkan kemampuan gerak dasar, mengembangkan kemampuan
unsur-unsur kondisi fisik siswa.Kegiatan bermain yang dilakukan anak lebih banyak menyangkut
aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani yang dikelola dengan baik, terencana, terukur, dan maju
berkelanjutan akan mempengaruhi keadaan fisik anak secara menyeluruh yang berakibat organorgan
tubuh akan berfungsi dengan baik. Hal ini akan bermanfaat untuk memacu pertumbuhan
dan perkembangan fisik secara nyata yaitu bertambah besar, tinggi, dan berat secara proporsional
dan kemampuan keterampilan motoriknya semakin berkualitas. Melalui bermain kemampuan
fisik semakin baik seperti kecepatan, keuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan daya
tahan. Daya tahan baik membawa makna bahwa kebugaran jasmani anak semakin baik juga.
KESIMPULAN
Bemain merupakan aktivitas jasmani yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
sukarela serta menyenangkan yang sering dilakukan oleh sebagian besar anak. Dalam
pembelajaran pendidikan jasmani melalui aktivitas bermain mampu membawa peserta didik
untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan atau potensi yang dimilikinya ke arah
positip dalam arti potensi peserta didik dalam segi kognitif, afektif, fisik, dan psikomotorik
berkembang dengan baik, hal ini berarti melalui bermain dalam pendidikan jasmani dapat
membentuk pribadi yang berkarakter baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar